Sastra Lampung Post

Sabtu, 17 Oktober 2009

Sajak MM Bhoernomo

SUARA PEMBARUAN DAILY
Menjaring Ombak

Nelayan itu ragu

Ketika menebar jaring

Pada gulungan ombak

Adakah ikan

Dalam keraguan

Nelayan tetap menjaring

Di tengah lautan

Tak peduli maut mengiring

Bagi nelayan

Hidup adalah menjaring

Dengan harapan

Masih ada ikan.

Griya Pena Kudus, 2009

Nihilisme

Berburu macan di kota

Pasti akan dianggap gila

Berburu ikan di gunung

Pasti dianggap linglung

Berburu babi di lautan

Pasti dianggap sakit ingatan

Berburu hantu di siang bolong

Pasti dianggap pembohong

Betapa banyak kekonyolan

Dalam kehidupan.

Griya Pena Kudus 2009

Keranda

Selalu ada keranda

Diusung ke pusara

Berisi jasad tanpa jiwa

Selalu ada keranda

Menanti kita

Untuk mengisinya

Selalu ada keranda

Membayangi kita

Di mana-mana.

Griya Pena Kudus, 2009

Keris

Kerismu bukan kerisku

Meski sama-sama keris

Biarlah pamornya membiru

Tak lagi bau darah amis

Keris kita berlekuk dan berkarat

Tak cocok untuk merajang tomat

Maka biarlah tersimpan di museum

Bersama riwayat-riwayat mesum

Keris kita adalah turangga

Menyimpan watak murka

Tak layak dibangga-banggakan

Tak laik dijadikan hiasan.

Griya Pena Kudus, 2009

Gambar Anjing

Anakku menggambar anjing

Berjas dan berdasi

Membawa tas jinjing

Bergambar kucing

Anak tetanggaku juga menggambar anjing

Bersepatu dan berpeci

Membawa tas jinjing

Bergambar kucing

Di layar televisi

Ada banyak anjing

Menyalak tak henti-henti

Mencari tikus di dalam tas jinjing.

Griya Pena Kudus, 2009

Rumah

Rumah-rumah telah menjadi penjara

Mengurung keluarga-keluarga kaya

Seumur hidupnya

Rumah-rumah telah disita

Karena dibangun dengan uang negara

Di mana-mana

Rumah-rumah selalu kosong

Karena penghuninya melancong

Setelah berhasil menjadi cukong.

Griya Pena Kudus, 2009

Last modified: 2/10/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan ke 23

Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!


17 Juni 2010


Laman