Sastra Lampung Post

Sabtu, 26 Desember 2009

Sajak Didi Arsandi

Lampungpost,Minggu, 27 Desember 2009
Reuni di Halaman Puisi

Lama kita tak jumpa. Kulihat sudah banyak kerutan di dahimu. Kedua kantung matamu pun kering kehabisan mata air. Tinggal kerak-kerak lumpur yang masih lengket di lutut -- mungkin juga di selangkangan.

Apa kau punya oleh-oleh untukku? Ratusan tahun memikul sesal, menggelandang siang-malam, mungkin kau sudah memungut makna lain ketidakhadiran.

Namun tak pula kulihat senyummu menyambut perjumpaan kembali, atau ciuman gemetar sebagai lambang kangen. Cuma "hai!" terlontar dari bibirmu yang kering terkelupas.

Ah, mestinya kau ingat selalu pesanku sebelum berpisah di gerbang surga, "Demi cinta, bekali dirimu dengan sebotol air mineral sebelum menapaki gurun, ngarai dan bukit-bukit terjal bebatuan."

2008-2009

Catatan ke 23

Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!


17 Juni 2010


Laman