Lampungpost,Minggu, 18 Oktober 2009
SENI BUDAYA
Syuhada yang Berkendara Gempa
Hari ini dan kemarin adalah hari esok
jalan kita menuju pintupintu surga
masuklah segera
gempa adalah sampan sajadahmu
yang paling gempita para syuhada
naiklah segera
maka, pada hari ini aku hanya bisa menabur
doadoa pada nisanmu yang entah tertanam
di bumi yang mana
Tujuh Koma Enam
Tujuh koma enam dinding itupun luluh lantak
selantak dadaku yang perih, seperih jeritan anak-anak
di bangsi
takpun bisa kuehentikan debar dadaku ini
meski sekejap gelap mata yang merembeskan
butiran kecemasan
kepadamu aku katakan, akan kubangun dinding baru
di dadamu dari padat batu yang masih tersimpan
di bara dadaku
maka, terimalah
Dari Sebuah Wasiat Singkat
Aku kehilangan kata-kata ketika kau wasiatkan
berjuta kata yang tak sempat kusimpan
yang kau kirimkan dari sebuah pesan
pilu hatiku menyimpan lemari kata-katamu
yang terbenam batu-batu sepenuh gunung debu
memadat, memekat
dan dari sebuah wasiat singkat yang kau amanatkan
akan kukirimkan tanda beribu bunga doa
di atas sajadah pada makammu yang tak bertanda
Kepada Para Pengusung Doa
Tahlilku tahlil sederhana mengiringi doadoa
yang menebar memenuhi semesta raya
mengetuk dadadada berlumur duka
tahmidku tahmid sederhana membunga doadoa
pada sekujur tubuh yang pasrah tak berdaya
dalam banjir air mata
tasbihku tasbih sederhana mengusung doadoa
yang tak pernah berhenti mengharap
demi sampai kepada bingkai cerita
Bayi Kardus
Takkan kulepaskan kehangatan semacam ini
sebab, waktuku memang untuk untuk itu
berpeluk pada kenistaan dan keniscayaan
tak usah kalian menjaring air mataku
dan menampungnya dalam kolam
kepura-puraan
tak kurasakan kepedihan apalagi duka
sebab, aku hanya hampa dari kedukaan
yang tercipta dan diciptakan secepat
peluru dari sudut mata kalian yang hina
dibungkus yang menahun setua
kepengecutan
medan, 2009
M. Raudah Jambak, lahir di Medan, 5 Januari 1972. Beberapa karya masuk dalam beberapa antologi, seperti Tanah Pilih (antologi puisi Temu Sastrawan Indonesia I) dan Jalan Menikung ke Bukit Timah (antologi cerpen Temu Sastrawan Indonesia II).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar