Sastra Lampung Post

Minggu, 02 Mei 2010

Gebrakan Bollywood

Gebrakan Bollywood
My Name Is Khan dan 3 Idiots seolah membuktikan resep sukses film-film Bollywood bukan cuma nyanyian dan goyangan. Berkibar di sejumlah negara.

koran tempo, Edisi 01 Mei 2010
"All izz well." Kalimat "sakti" ini selalu diucapkan Rancho setiap kali pemuda India itu ketiban masalah. Begitu pula ketika dia menghadapi kemarahan sahabat karibnya, Raju. Sang sahabat marah lantaran ayahnya yang sakit parah dilarikan ke rumah sakit tak menggunakan ambulans atau taksi, tapi malah memakai sepeda motor. Bayangkan, sang ayah yang tua dan kurus kering digerogoti penyakit didudukkan di atas sepeda motor diapit Rancho dan Pia, teman perempuan sekaligus dokter, yang dengan kecepatan penuh memacu sepeda motornya menerobos lalu lintas kota yang padat. Mengharukan tapi juga menggelikan.

Kelucuan dan keharuan seperti itulah yang mewarnai film drama komedi 3 Idiots. Film yang diangkat dari buku laris karangan Chetan Bhagat berjudul Five Point Someone itu berkisah tentang kehidupan Rancho (dimainkan dengan apik oleh aktor populer pada 1990-an, Aamir Khan), Farhan (Madhavan), dan Raju (Sharman Joshi). Ketiganya adalah mahasiswa jurusan teknik di sebuah universitas bergengsi di India yang dipimpin rektor "killer" Viru Sahastrabudhhe yang tak kenal kompromi, kolot, dan keras kepala. Dengan sang rektor, ketiga pemuda yang disebut idiot oleh dosen dan teman-temannya itu berkali-kali berseteru. Saking kesalnya, mereka memanggil orang paling berpengaruh di universitas itu Virus.

Film 3 Idiots tak sekadar melempar hal-hal lucu yang untungnya terdengar cerdas. Film ini juga menyampaikan satu pesan moral yang menyindir budaya di India: bagaimana pilihan hidup setiap anak telah ditetapkan orang tua tanpa bisa memilih. Bahkan bayi yang baru lahir sudah ditentukan masa depannya. Jika laki-laki harus menjadi insinyur, jika perempuan jadi dokter, dan sebagainya. Film ini pun sukses menyampaikan kritik terhadap cara mendidik yang terlalu textbook sehingga tidak merangsang perkembangan individu, hingga menyentil masalah kurang meratanya pendidikan, terutama di India. "Kenapa ilmu itu hanya untuk menghafal, tidakkah ilmu itu untuk digunakan?" tanya Rancho kepada sang rektor.

Tapi film berdurasi 164 menit ini tetap mempertahankan pakem film India. Masih ada nyanyian mendayu-dayu, pohon besar berjajar, dan tarian serta hujan. Hanya Rajkumar mengemasnya dengan humor. Hasilnya memuaskan. Dalam minggu pertama pemutarannya, 3 Idiots yang dirilis 24 Desember tahun lalu ke 40 negara itu berhasil meraih US$ 20 juta atau sekitar Rp 200 miliar di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, yang mampu menembus angka US$ 6,5 juta.

"Tak pernah ada yang menyangka ada film India selaris ini di sini. Kalaupun sukses, masyarakat hanya menduga kisaran US$ 3-4 juta," tutur Shariq Hamid, pemilik empat gedung bioskop di Texas. Di Indonesia, film yang pekan ini masih diputar di Blitzmegaplex ini juga terbilang laris dan jadi pembicaraan di dunia maya, termasuk situs jejaring sosial Twitter. Film 3 Idiots kembali mengulang kesuksesan Slumdog Millionaire.

Selain 3 Idiots, produk Bollywood yang meraih kesuksesan adalah My Name Is Khan-- yang disutradarai Karan Johar. Dibintangi Shahrukh Khan dan Kajol, yang sempat mengentak lewat perannya di film Kuch Kuch Hota Hai, My Name Is Khan bercerita tentang sosok Rizwan Khan, seorang muslim India yang sejak lahir menderita sindrom Asperger (Asperger syndrome), sebuah gejala autisme, yang para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

Bersama ibunya (Zarina Wahab), Rizwan dan adiknya, Zakir Khan (Jimmy Shergill), tinggal di wilayah kumuh Borivali, Mumbai. Pada usia 18, sang adik mendapatkan beasiswa untuk belajar di Amerika. Ketika sang ibu tiada, Zakir memboyong Rizwan tinggal bersamanya di San Francisco dan memberikan pekerjaan sebagai pramuniaga produk obat kecantikan di perusahaannya. Di sanalah Rizwan bertemu dengan Mandira (Kajol), ibu seorang anak lelaki.

Kehidupan keluarga yang harmonis antara Rizwan, Mandira, dan sang anak semata wayang mereka, Sameer (Yuvaan Makaar), berubah total saat sejumlah teroris menyerang menara kembar World Trade Center di New York pada September 2001. Sebagai orang India bernama belakang Khan keluarga itu mulai mendapat perlakuan tak adil dan dituduh teroris. Demi membuktikannya, dia memulai perjalanannya untuk bertemu dengan Presiden Amerika dan membersihkan namanya. "My name is Khan, and I am not a terrorist," begitu dia menjawab pandangan curiga orang di sekitarnya.

Berbeda dengan film India kebanyakan, dalam film ini tak ada tarian dan nyanyian dari tokoh-tokohnya. Meski begitu, Karan Johar yang berperan sebagai sutradara mampu membuat film ini terasa begitu berkelas. Film kolaborasi patungan antara Fox Searchlight Pictures dan Dharma Productions itu mampu menembus box office tak hanya di India, tapi juga di Eropa, Australia, Asia, dan tentu saja Indonesia. Di Inggris, film ini menjadi film Bollywood yang paling sukses dalam sejarah box office Inggris. Sejak dirilis pada 12 Februari 2010, My Name Is Khan langsung meluncur ke peringkat keenam box office Inggris. Film tersebut berhasil meraup pendapatan US$ 1,4 juta.

Film ini memang sempat mendapat protes dari kelompok garis keras Hindu di India. Sejumlah pendemo bahkan sempat menurunkan poster dan melempari bioskop yang memutar film tersebut. Tapi ini tak ada hubungannya dengan jalan cerita yang ditawarkan. Para pendemo kecewa terhadap pernyataan sang bintang utama, Shahrukh Khan yang memiliki sebuah klub kriket bahwa dirinya kurang setuju kalau pemain kriket Pakistan dilarang bermain di Liga India. Toh, aksi tersebut tak mampu menghalangi film ini menapaki tangga kesuksesan.NUNUY NURHAYATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan ke 23

Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!


17 Juni 2010


Laman