Sastra Lampung Post

Senin, 15 Maret 2010

SAJAK-SAJAK Fitri Yani

lampungpost, Minggu, 14 Maret 2010
SENI BUDAYA

Di Taman Kota

di sebuah sore yang tembaga

seekor merpati mematuki remah roti di taman kota

dan angin musim dingin tiba-tiba bangkit

mengusap rambutku yang seperti nyiur di bukit

Tanjungkarang, 7 Desember 2009


Seperti Kuntum Cempaka

mendengar deru angin

di guguran daun,

segalanya tampak

begitu basah

seperti kuntum cempaka

di luar jendela.

Desember 2009


Yang Ingin Dikenang

di atas kolam, lotus mekar perlahan

ada yang menepuk bahu teman seperjalanan

ada yang tak merasa pasti dengan papan penunjuk jalan

ada yang terdesak dan terpaksa kembali ke kelokan

di pekarangan, angin menyapu daun-daun kering

ada percakapan yang gersang di bangku panjang

ada wajah yang terkelupas di hampar petang

ada ingatan yang tak ingin mengulang.

Tanjungkarang, 8 Desember 2009


Fiksi kesembilan; Bocah

Hujan hampir gila

membabi-buta, menerjang-nerjang jalan

di bawah cemara ada bocah bermata bening

ia duduk memeluk boneka yang menggigil

didengarnya suara serak gagak

dan dentang lonceng gereja

ia pejamkan mata

dibayangkannya keluarga boneka yang bahagia

yang selalu tersenyum sejak pertama diciptakan

di kejauhan, seorang Ibu berpayung hitam

memanggil-manggil nama

yang sudah dilupakan bocahnya

2008-2009


Di Tengah Rawa

sepasang angsa putih berenang

di tengah rawa

ada mata yang saling bertatapan

seperti memanjatkan sehelai doa

"mengapa segala hal

terasa begitu cepat usai"

teratai telah berbunga

Tanjungkarang, April 2009

1 komentar:

Catatan ke 23

Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!


17 Juni 2010


Laman