Sajak-sajak
Kompas, Minggu, 1 November 2009 | 02:58 WIB
Pagi
1.
Pagi ini uap putih yang
mengepul dari ceret lari keluar
lewat jendela yang mengantuk
lalu hilang terseret angin;
aroma kopi bercampur hazelnut
menempel pada gorden
dan kain sofa, sarung-sarung
bantal dan linen –
Tapi aku tak mengenalmu.
Rambutmu burai menyembunyikan sisa syahwat seperti
rumput di halaman belakang menyembunyikan cokelat
tanah.
: Aku tak akan menyianginya. Aku tak tahu namamu.
Seekor belalang yang takut sembunyi menggigil
di antara bilah hijau dan bola embun.
Biru memanjang pelan-pelan di atas meja
menggeser debu dan menit.
Dalam tidurmu, kau menyebutku.
: Tapi pagi masih terlalu dingin.
2.
Tiba-tiba kamu ada;
berlari sepanjang tangga setelah puas
menghitung tahun di wajah dan rambut yang tak hitam,
menggeser puting susu berbintik dengan lidah
sebanyak detik,
dan “ooh!” dan “ahh!”
Dua cangkir kopi ini:
saksi yang lugu.
3.
Ikan-ikan itu lapar, katamu –
lalu kau jatuhkan gerimis
di sekujur kolam yang
megap-megap kehabisan udara.
Ahh!
Pagi ini, kamu mencintai aku.
Jakarta, 16 September 2009
Percakapan dengan Tuhan
Di Atas Awan
“Aku hampir tak mengenalMu, Tuhan. Tapi di lipatan
jubahMu tersembul jari-jari sekurus ranting yang tak bisa
mengibas lalat di mata. KasutMu mengepulkan debu dari
kota-kota yang tak sengaja terinjak. Jejak air juga belum
mengering di dadaMu dari ibu-ibu yang melepas anaknya
ke arah peluru.”
“Aku tahu, itu Kamu.”
“Bukan,” sangkalNya – lalu berlalu sambil menangis.
“Jangan pergi!”
Ia telanjur berbalik, lupa kalau gerumbul putih itu hanya
sekumpulan air. TubuhNya melesak – hilang jadi butir-
butir hujan.
Di Tepi Pelangi
KataNya, “Aku mencintaimu.”
Aku tak percaya – karena tak juga bisa tidur setelah lelah
menghitung domba yang tak habis-habis melompat ke
jurang.
Maka Ia membentang tangan dan tercipta pelangi yang
membutakan mataku.
Aku tak pernah tahu kalau warna bisa seperti itu.
Di Ambang Pintu
Tanpa menyentuhku Ia telah menciumku dan berbisik di
ambang pintu yang tak pernah tertutup:
“Kita belum selesai.”
Angkor, Seam Reap, 23 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar