Sastra Lampung Post

Minggu, 25 Oktober 2009

SAJAK Eko Putra

Adakah Pintuku

adakah pintuku

untuk dibuka

dan lapangkan jalan

menuju cahya

dalam kenyataan

paling sunyi seorang

keinginan membagi

segala puisi

dalam hati agar kau mengerti

untuk membula pintuku

menuju hatiku

2008

Berjalan Mencari Pintu


mengapa aku harus

kehilangan beribu

doa dalam seorang

menuju kesunyian

dari jiwa-jiwa

yang menyala

berapa pula ayat

yang habis kupuisikan

untuk menuju ruhmu

dari kering kerontang

dan tilas waktu

dimakan sia-sia

aku harus kehilangan

beribu alifbata

dalam seorang

sebagai pembangkang

sampai nemu terang

2008

Khuldi


jiwaku telah hilang

melubangi kenangan di pusaran waktu

angin apa yang menembus ragaku

hingga tak bergerak dalam kedinginan

2008

Ada Suara di Pintu

ada suara yang mengetuk

untuk bicara

pada jiwaku yang lelah

ada bahasa yang dieja

untuk membuka pintu

yang hilang

pada zikir seorang pembangkang

suara siapa di pintu

untuk bertanya dan pulang

ke dalam rumahmu

2009

Eko Putra, lahir di Kertajaya, Musi Banyuasin, Sumsel, 19 Juni 1990. Puisi-puisinya pernah dimuat berbagai media dan antologi bersama. Diundang sebagai peserta Temu Sastrawan Indonesia II Pangkalpinang, Bangka Belitung (2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan ke 23

Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!


17 Juni 2010


Laman