Minggu, 14 Juni 2009
Lampung Post
Sanjal Jazz
tak ada kemewahan di tangkai nada kita, hanya turbulensi
di sekitar dada, pecah dan lapang pintu kita. Tak ada hari baik
untuk merajuk, menggoda kita untuk tertutup. Buka saja,
tak perlu menunggu di balik pintu. Kecuali memang dari tadi
aku tertipu.
Perut Jendela
aku mencoba melahirkan kembali apa yang aku punya
menjerit pada kelir bunga malam, mengental dalam suaka tembang.
aku mencoba kembali menarik timba udara, dan berkaca
bahwa air sumur tua merekahkan perut kita.
Memandikan Sandal
kita mungkin telah memilih jalan yang salah
menduduki pekarangan belakang rumah orang
yang juga tak kunjung dipagar, hanya ditandai
beberapa tangkai selasih dan kemangi. Kita
mungkin tergesa-gesa untuk pulang karena magrib
seperti datang tiba-tiba, masih ada yang belum
disiangi, masih ada yang belum bersih dicuci.
tapi, "tolong!", jangan kau maki sandalku yang putus ini.
dia masih layak ditusuk peniti.
Sandal Kertas
siapa yang terbilang laku
jadi secarik peristiwa Kota Bandar
ketika sinar bulan menampakan yang tercemar
dari sudut-sudut gang? Semuanya
seperti cahaya yang berpendar jauh
dari pelabuhan. Dan kita kembali mengulang
mencatat kapal-kapal merapat
meski kita telah kehilangan tempat
dua baris lagi dari satu halaman kertas adat.
Merapat ke Dinding
kali ini aku ingin kau merapat
ke dinding. Tubuh badanku bau masam,
bau jalan-jalan. Kali ini saja, berhentilah
merapat ke pintu, macet, sayangku.
Belajar Menerima Kekurangan
setelah kau putuskan untuk terputus aku berharap
tak tertinggal lagi di cincin tiraimu, seperti lampau,
beku dan tersudutkan. Apalagi kini, tubuhku
tak mampu menjangkau, meluruskan segala tirai
dari cahaya yang menyengat. Dan selagi ini
terlukiskan, sebaiknya engkau menggantikan aku
dengan tali yang lebih panjang.
Oky Sanjaya, lahir di Sanggi, Lampung, 13 Oktober 1988. Sedang belajar di Jurusan PMIPA Fisika Universitas Lampung (Unila). Bergiat Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar