JawaPost, Minggu, 09 Mei 2010
BERSAMA OMBAK
Bersama
ombak
gairah,
cakrawala
buih,
menghisap bayangan
Nyanyian
menempuh mata angin
2001
---
MENGAJAK CAHAYA
Mengajak cahaya
mendaki
rambut
mengibarkan kenangan
2001
---
POHON YANG TERLUKA
pohon yang terluka
hawa menerbangkan kata
ada masa silam
terserak di jalanan
jiwa-jiwa termangu
menunggu lagu asing
menyergap rindu
menyergap pilu
Wonosobo, 2005
---
AKU RINDU SENTUHAN TANGANMU
aku rindu sentuhan tanganmu di dahi
menghalau galau zaman
pada hari ini
alangkah sulitnya berkata
dan bertanya
yang tersisa hanya malam datang
dan datang lagi
keheningan menggenangi
ruang tempat kita bertatapan
butir-butir tasbih
pedih, mengemasi waktu
2005
---
GUBENG KERTAJAYA
Ada malam abadi
mencari sunyi
Wajah mirip kata
tak mampu dijadikan nada
Cukup sebuah lagu
memperluka waktu
Hutang cinta
tak terbayar oleh usia
2010
*) Mustofa W. Hasyim, penyair Kotagede, Jogjakarta
---
LUBIS GRAFURA:
Perumpamaan Hasut
Pecahkan cermin. Rangkai kembali.
Tataplah wajahmu.
Nglegok, 2010
---
Inisial A.
Kalau saja pertapaanku ini,
melebihi batas usiaku
barangkali nanti kan kutitipkan jasad
agar aku leluasa menemui: mu!
Nglegok, 2010
---
Sendiri
Kadang kita butuh waktu:
bermeditasi, mencari persejatian diri
mencari jalan kembali
namun, tanpamu di sini
hidup seolah memilih berhenti
Nglegok, 2010
---
Sajak Kematian
Menanti dirimu
seolah menanti fajar yang menggulung sinar
Hanya saja,
fajar datang sesuai waktunya
Sementara dirimu,
kedatangannya tak tertandai waktu
Penataran, 2010
---
Dalam Sujud
yang berperang tanpa pedang
yang musuhnya arupa mamang
Penataran, 2010
---
*) Lubis Grafura, penyair yang juga guru di SMKN 1 Nglegok. Buku antologi puisinya, Ponari For President (2009) dan Kenyataan dan Kemayaan (Fordisastra, (2009), serta antologi cerpen Ketawang Puspawarna (2009).
Sastra Lampung Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Catatan ke 23
Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!
17 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar