Puisi-puisi Ook Nugroho
kompas, Minggu, 2 Mei 2010 | 03:26 WIB
Dalam setiap sajak
Dalam setiap sajak
Selalu ada bayangan
Seorang lelaki yang gemar berlagak
Dan mengaku saya
Seteru pun sekutuku berseru
Sungguh betapa ia mirip
Lihat gayanya berjalan
Yang limbung di antara awan-gemawan
Wajahnya memang samar
Sebab derai hujan dan kelebat topan
Kerap menaungi arah pandangnya
Yang ditumbuhi ilalang petang
Ia juga gemar
Memainkan waktu di tangannya
Mengubah warna-warni musim
Menukarnya dengan raut malam yang pejam
Aku tak pernah tahu
Sesungguhnya ia siapa
Setiap kali kutanya ia tertawa
Seraya lindap nyelinap ke dalam kata
2010
***
Tengah Kumasuki Malam
Tengah kumasuki malam
Dari mana sajakmu bermula
Tanganku meraba judul
Ingin memindai parasmu
Di sana kujumpai bulan
Pelan berlayar dari kata ke kata
Bayangan musim yang tak utuh lagi
Menggasing dalam gelap
Tengah kususuri kelam
Ke mana kutahu jejakmu berbelok
Lalu seakan raib, sesudah baris
Yang menandaimu dengan derai gerimis
2010
***
Agar Menjadi Kisah
Agar menjadi kisah
Kau harus menjadi sungai
Bersekutu dengan musim
Dengan cuaca sepanjang tebing
Agar menjadi sungai
Kau harus kembali
Ke puncak sepi berkabut itu
Menemukan sumber awal tak terduga
Alasan-alasan tersembunyi
Di belakang setiap desah bunyi
Isyarat-isyarat kekal purba
Di sebalik rerimbun waktu
Agar memahami waktu
Akar-akarnya yang menjalar
Pada setiap lembar halaman kisah
Kau harus menjelma huruf-hurufnya
2010
***
Pelajaran Pertama Menulis Sajak
: Frida Nathania
Untuk menulis sajak, kita tak perlu
Meja yang lapang, pun tak butuh liur bir
Guna merangsang sang syair terlahir
Dari kelangkang takdirnya kelabu
Tapi mungkin kita perlukan sunyi
(Barangkali dalam secangkir kopi):
Kelam, pekat, mengepul dari pori bumi
Dari kolong waktu yang kenyang dilukai
Jadi kita akan duduk bersama, merenungi
Di meja lapuk yang tak teramat luas ini
Memutuskan sesudah merundingkannya masak
Kata-kata terbaik bagi sebuah sajak
2010
***
Batuk
Jauh di kolong rongga
Ada suara bertalu-talu
Seorang yang lama menunggu
Terus menggedor mencari jalan keluar
Kalau saja aku bisa menolongnya –
Tapi hanya kupunya sedikit kata
Itu pun terganjal dahak waktu
Mengental jadi jarak yang kekal
Seorang yang lama mencari
Gemanya tertahan di bawah rongga
Seperti tak asing bagiku ia siapa
Seperti padaku parau ia memanggil
2010
Ook Nugroho lahir di Jakarta, 7 April 1960. Buku puisinya, Hantu Kata, akan terbit tahun ini. Ia tinggal dan bekerja di kota kelahirannya.
Sastra Lampung Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Catatan ke 23
Suatu hari, dimana kami, mempertimbangkan kembali akar. Suatu hari – kondisi telah menentukan takdir kami secara alami; law of nature. Suatu hari sastra, yang dipertimbangkan secara estetispun. Sesungguhnya landasan “pengetahuan”. Kita bergerak “mengetahui”. Sastra adalah upaya membicarakan law of nature. Jangan terjebak dengan pemahaman ini!
17 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar